39

Pagi itu, seorang wanita tua menggendong selendang yang berisi entah apa. Berjalan dengan tergesa-gesa, sehingga matahari pagipun dapat menyedot keringat dari sela-sela keriputnya kulit tuanya.



Wanita itu adalah seorang dukun bayi yang mendapatkan undangan dari seorang bapak yang isterinya hampir melahirkan. Itu terjadi 39 tahun yang lalu. Sama dengan tanggal hari ini, sama dengan bulan ini, sama dengan hari ini, sama dengan pasaran hari ini. Suatu pengulangan yang jarang terjadi. Suatu peristiwa langka, yang hanya terjadi dalam 39 tahun sekali. Jadi, hari, tanggal, bulan dan pasaran yang sama dengan hari ini, akan terjadi lagi pada tahun 2049. Itulah hari pertama aku menghirup udara dunia, hari pertama aku menangis karna meninggalkan alam rahim yang sungguh tentram dan nyaman, hari pertama aku melihat alam yang bernama dunia.
Secara de facto, aku terlahir di desa Giyanti kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung. Tetapi secara de Jure aku terlahir di desa Kertosari pada kecamatan dan kabupaten yang sama. Masa-masa kecilku masa yang sungguh menyenangkan, walaupun belum ada listrik, henpon, play station, komputer apa lagi internet. Permainan-permainan khas jaman dulu yang jauh dari kekerasan, konsumerisme, hedonisme, individualisme, kapitalisme dll. Permainan yang menjunjung tinggi kebersamaan, persatuan, tenggang rasa, saling asah asih dan asuh. Sehingga aku kecil berkembang sama seperti anak-anak seusianya saat itu.

TK ku di sebuah TK yang bernaung di yayasan Katholik, TK Cor Yesu Temanggung. Aneh ya, saya muslim tapi sekolah di yayasan lain keyakinan. Kata bapak, itu sekolah terdekat dari rumah saat itu. Ya, itung-itung bisa lebih mengenal keyakinan mereka sehingga lebih dapat menghargai kepercayaan mereka. SD pun masih di yasasan yang sama, SD Pangudi Utami Temanggung. Di sekolah ini sebenarnya rasa minderku mulai tumbuh. Bagaimana tidak, teman-teman sekolahku kebanyakan anak-anak juragan-juragan keturunan China. Kalaupun ada yang pribumi, mereka juga anak-anak orang yang berpunya. Sementara orang tuaku hanyalah seorang tukang kebun di sebuah kantor. Sangat kontras dengan teman yang lain, pakaian lusuh, sampai kelas 5 selalu pakai sandal jepit padahal yang lain selalu bersepatu yang bersih dan rapi. Belum lagi penyakit korengan yang juga betah hinggap di kakiku. Salam buat Bapak, ibu guru dan teman-teman TK Cor Yesu angkatan tahun 1975 dan SD Pangudi Utami angkatan 1977.
Menginjak bangku SMP tahun 1983, aku sekolah di SMP 1 Temanggung. Sekolah yang dekat dengan tinggalku karena masih satu kampung. Karena rumahku dekat, kadang jika aku malas, aku pulang begitu saja. Maafkan aku bapak dan ibu guru SMP yang baik.

Lulus SMP melanjutkan ke SMA 1 Temanggung tahun 1986. Walaupun beda kampung, jaraknya tidak lebih dari 300 m dari SMP ku. Bosan juga rasanya sekolah bertahun-tahun dekat dengan rumah. Sementara banyak teman yang berasal dari Parakan, Ngadirejo tiap pagi dan siang bisa naik angkutan umum, iri juga rasanya. Di SMA ini pun jika rasa malas, aku pulang begitu saja ke rumah untuk tidur. Jika orang tua tanya kok pulang awal, jawabku hanya "sedang males". Memang walaupun kadang membolos, aku tidak pernah pergi main ngeloyor kemana-mana. Ketika kelas 1 SMA, kebetulan kelasku berdekatan dengan kantor tempat bapak bekerja. Setiap pagi ketika pelajaran, lewat jendela kelas kulihat bapak menyapu halaman, menyiangi rumput, ngepel teras dll. Dari situlah aku mulai berpikir untuk belajar sungguh-sungguh, bertekad hidup lebih baik dari orang tuaku.Di kelas 2, kebetulan aku masuh jurusan A1. Jurusan yang sungguh gersang karena sedikit ceweknya. Disamping juga jurusan yang sungguh bikin pusing kepala. Salam buat teman-teman A12 SMA 1 Temanggung angkatan 1986.

Lulus SMA tahun 1989, aku istirahat tidak malanjutkan kuliah karena sesuatu dan lain hal. Keluarga pindah ke Magelang, sementara aku sebatang kara di Temanggung. Maksud hati ingin cari pekerjaan. Tapi dapatnya dengan bekal ijazah SMA ya pekerjaan yang itu-itu saja, jauh dari harapan. Kuli bangunan, kuli bongkar muat, petugas sampah, buruh mencangkul dan buruh ketikan panen di sawah, buruh memetik kopi, buruh di gudang tembakau, dll. Sungguh tidak dapat dibanggakan. Akhirnya akupun bertekat, jika ingin berubah hidupku, aku harus kuliah.
Hasil dari petugas sampah selama beberapa bulan aku kumpulkan untuk membeli buku-buku persiapan UMPTN. Sengaja aku beli buku-buku di soping senter di Jogja, karena katanya disana lengkap. Dan waktu senggangku selama kurang lebih satu bulan kugunakan untuk membolak dan membalik buku persiapan UMPTN.

Pada hari H pendaftaran UMPTN, aku mendaftar di UGM, karena kebetulan itulah kota yang kukenal. Pilihan pertama D3 pendidikan Matematika UGM, pilihan kedua D3 pendidikan Fisika IKIP Semarang. Sangat berharap pilihan pertama yang diterima, tapi nasib berkata lain, aku harus hijrah ke kota yang bernama Semarang. Kota yang asing dan yang terlalu panas bagiku.
Pada tahun pertama aku masih kuliah di jalan Kelud, di kota. Tapi tahun berikutnya, jurusan FPMIPA bedol desa ke Sekaran, Gunung Pati, yang saat itu masih sangat ndesa. Dari desa bali ke Ndesa lagi. Suasana ndesa inilah yang menyebabkan kuliahku tidak banyak terganggu oleh gebyarnya kehidupan kota. Kuliah berjalan lancar tanpa halangan, dan tahun ke 3 pada tahun 1993 akupun lulus.

Bayangan setelah lulus langsung mendapat kerja. Kenyataanya, nasib berkata lain, lulusan D3 angkatanku tidak ada yang langsung diangkat, karena tidak ada lagi program ikatan dinas. Pusing juga karena D3 juga tidak dapat mengikuti tes CPNS. Akhirnya cari alternatif lain, kali ini aku kepingin kembali ke kota Gudeg, kursus komputer 1,5 bulan di sebuah lembaga kursus El Rahma Education Center, dan karena kemampuanku juga akhirnya diminta membantu di tempat kursus tersebut. Sekitar setengah tahun di Jogja, membantu melatih komputer yang pada masa itu sedang masa jayanya MSDOS, Wordstar, Wordperfect, Chi Writer, Lotus 123, dan Dbase 3+. Sungguh melelahkan manakala aplikasi komputer masih berbasis text.
Awal tahun 1994, lembaga tempatku bekerja buka cabang di Semarang. Karena aku dianggap kenal wilayah Semarang dan sekitarnya, akhirnya akupun diungsikan ke Semarang. Di Semarang menangani sebuah lembaga kursus yang betul-betul dari nol, belum ada apa-apanya, orang Jawa bilang babat alas. Yah, namanya juga berjuang. Satu hal yang membanggakan selama bekerja disana adalah peserta kursus hampir semuanya adalah sarjana. Ada sarjana hukum, sarjana ekonomi, sarjana teknik, insinyur bahkan adapula yang dokter. Keren juga ya, D3 bisa ngajar S1. Memang saat itu komputer sedang booming, ilmu baru yang belum banyak yang mampu.

Tidak lama mengajar kursus di Semarang, titik terang pun mulai datang. Pemerintah mengadakan pendaftaran CPNS untuk lulusan D3 pada tahun 1994. Kebetulan pada tahun tersebut pemerintah banyak membangun sekolah baru, sehingga membutuhkan guru dalam jumlah yang banyak. Dan Alhamudulillah sayapun diterima. SK diterima, saya ditempatkan di sebuah kota yang asing menurut saya, KENDAL, di SMP 2 Brangsong. Ternyata itu hanya di sebelah barat kota Semarang. Sampai sekarangpun masih betah di Kendal dan akhirnya saya putuskan untuk menyunting seorang gadis Kendal, dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak.

Itulah sekelumit perjalanan hidup, yang saya tulis bersamaan dengan melihat acara Kick Andy yang kebetulan mewancarai orang-orang sukses (rata-rata doktor) yang berangkat dari keluarga kurang mampu. Berangkatnya hampir sama, tapi hasil akhirnya belum sama.

Komentar

  1. Bapake ulang tahunn, selamat ya

    BalasHapus
  2. Met ultah pak, semoga panjang segalanya

    BalasHapus
  3. Komentar kelimaxxxx. Selamat Ulang tahun Pak Guru, hati2 ya hidup ini banyak lubangnya, tulisannya bagus sekli, bisa dilanjutkan ke novel , tak disangka2 ... ruarrrr biasa, hebat, tulisanne panjaaaang sekali

    BalasHapus
  4. wow ... dinamika dan perjalanan hidup yang sarat dengan liku2, pak. semoga makin sukses. dan andy f noya tertarik utk wawancara dg pak jai di kick andy, hehe ... mantab, pak. salam super.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berkomentar